Editor's Vids

Tawis Pangajén (Lifetime Achievement) Sunda Binangkit: Kang Ibing, Wa Kepoh, Darso

Sunda militan, itulah kami menyebutnya bagi para pegiat kesundaan. Ya, merekalah yang berjuang demi Ki Sunda tanpa niat apapun. Bagi mereka yang penting bagaimana nilai-nilai dan khazanah kesundaan bisa lebih menyebar di masyarakat. Para militan tersebut bergerak dalam ranah seni, sastra, dongeng, hingga komunitas-komunitas dan pelaku usaha berbasis kesundaan. Inilah yang akhirnya membangkitkan kesadaran bagi Mitra Baraya untuk memberikan penghargaan kepada mereka yang telah berjuang dan berupaya untuk melestarikan khazanah kesundaan kepada masyarakat. 


Untuk kegiatan Sunda Binangkit ini, kami memilih tiga nama yang akan dianugerahi lifetime achievement, yaitu: Kang Ibing, Wa Kepoh, dan Darso. Untuk kegiatan ini kami mendapat dukungan dari baraya yang punya simpati terhadap upaya yang kami lakukan ini. Alhamdulillah, bentuk dukungan dari baraya itu berupa tawis kadeudeuh hingga pemberian selendang Sunda, khusus dibuat oleh Kang Agus Roche pengelola Distro Sunda. Terima kasih atas rojongan dan simpati dari baraya semua.


Kang Ibing

Kang Ibing adalah sosok seniman humor Sunda yang telah memberikan ciri tersendiri bagi perkembangan humor Sunda. Bukan berarti kami menyisihkan nama-nama seniman humor lain. Seperti diketahui,  sang seniman multitalenta ini tak lepas dari group lawak De Kabayan  yang telah membesarkan namanya. Guyonan ala Sunda dengan Kang Aom Kusman, Suryana Fatah, Wawa Sofyan, dan Mang Ujang telah memberikan hiburan segar kepada masyarakat. Namanya pun tidak hanya dikenal di Tatar Sunda, namun sampai tingkat nasional dan internasional. Terbukti, selepas "pensiun" dari De Kabayan, ia yang beralih menjadi penceramah kerap diundang ke luar negeri untuk berceramah.

Sosoknya yang polos dan lawakannya yang natural telah menjadikan sosok Kang Ibing sebagai maestro humor dalam ranah lawakan untuk masyarakat Jawa Barat. Malah, sampai kini pun tak sedikit masyarakat yang masih menggemari lawakan-lawakannya. Terbukti humor-humornya yang berseberan di jejaring internet banyak yang mengunduhnya, dari mulai bobodoran dengan De Kabayan, kolaborasi wayang bodor dengan Giri Harja III, hingga rekaman siaran-siarannya di Radio Mara. 



Wa Kepoh

Era 80-an adalah masa jayanya dongeng Sunda yang disiarkan di radio. Bicara tentang dongeng Sunda, rasanya siapa yang tidak mengenal dongeng "Si Rawing" fenomenal. Sang juru cerita dongeng "Si Rawing"  adalah Wa Kepoh alias Ahmad Sutisna. Siaran dongengnya pada masa itu telah "mempersatukan" urang Sunda untuk duduk di depan radio dan mendengarkan episode-episode dongeng si Rawing. Malah, dengan kefenomenalan dongeng tersebut, "Si Rawing" pernah diangkat ke layar lebar. Inilah bukti bahwa dongeng Sunda telah menjadi bagian yang turut memberikan sumbangsih pada ranah hiburan nasional. Sampai sekarang, fenomena ini belum tergantikan. 

Wa Kepoh adalah sosok sederhana yang menjadikan dongeng sebagai media hiburan sekaligus tuntunan hidup. Dalam bincang-bincang dengan Tim Mitra Baraya pada medio 2012, Wa Kepoh menuturkan, "Uwa berdongeng bukan hanya sekadar hiburan. Uwa menyelipkan pesan-pesan kehidupan dalam dongeng si Rawing. Alhamdulillah, masyarakat bisa menerimanya dan Uwa pun bertambah rantai silaturahmi dengan masyarakat. Inilah yang membuat Uwa bangga. Apalagi ketika Uwa kerap menerima kunjungan baraya yang ingin mendengarkan Uwa mendongeng di studio. Belum lagi yang mengundang Uwa untuk pentas. Ya, Uwa bangga dengan hal itu. Ternyata dengan seni tutur cerita pun, masyarakat Sunda bisa bersatu."

Ya, fenomena si Rawing telah menjadi kenangan tersendiri bagi masyarakat Sunda. Pada masanya, orang rela membeli radio transistor atau membeli batu batrei untuk mendengarkan sepak terjang sosok si Rawing. Walaupun disiarkan dari sebuah radio di Bandung, namun siaran dongeng si Rawing kemudian menyebar merata di kota-kota di Jawa Barat. 



Darso

Hendarso atau lebih dikenal dengan Kang Darso (lahir di Bandung, Jawa Barat, 12 Agustus 1945 – meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, 12 September 2011 pada umur 66 tahun) adalah penyanyi pop Sunda. Darso memulai karir sebagai pemain bas pada grup musik Nada Karya dan Nada Kencana. Sempat bergabung dengan band milik Pusat Persenjataan Kavaleri Bandung. Pada tahun 90-an nama Darso semakin populer setelah TVRI sering menampilkannya. Darso juga mulai menggunakan jenis instrumen lain seperti terompet dan organ jenis musik yang dirambah selain pop sunda juga dangdut. Lagu-lagu yang terkenal pada masa itu hingga kini yaitu "randa geulis", "maribaya", "dina amparan sajadah", "kabogoh jauh". Pada tahun 2005 ia mendapat penghargaan dari Gubernur Jabar Danny Setiawan berupa Anugrah Musik Jabar 2005 dan pada tahun 2009 ia mendapat juga penghargaan dari Walikota Bandung Dada Rosada berupa Anugrah Budaya Kota Bandung 2009.

Sosok Darso sangat digemari masyarakat. Sikapnya yang nyeleneh dan sederhana, telah menjungkirbalikkan kesan bahwa namanya pesohor haruslah "menjaga jarak" dengan masyarakat. Dimana pun Darso tampil apa adanya. Ia tak segan bercengkrama dengan masyarakat tempat ia manggung. Ia pun menerima foto bersama dari pejabat hingga pedagang buntil sekalipun. Saat berpentas, ia tak sungkan untuk berbaur dengan penonton. Ia ikut bergoyang dan mengajak penonton untuk bernyanyi bersama. Namun, di balik itu karya-karya Sang Fenomena ini tetaplah menjadi bagian dari masyarakat. Lagu-lagunya sampai sekarang masih digemari, walaupun dirinya telah menghadap Sang Khalik.  



Untuk ke depannya, penerima Tawis Pangajén ini akan kami tambah kembali dengan rekomendasi dari masyarakat atau pihak-pihak lain yang menaruh kecintaan pada Ki Sunda. Para penerimanya pun akan kami salurkan  dari ragam kalangan (sastrawan, pendidik, aktivis lingkungan hidup, dsb.) yang intinya dia adalah sosok urang Sunda yang telah memberikan teladan, karya, jasa, dan juga telah menginspirasi masyarakat dalam bidang kerja/aktivitas yang telah dilakukannya. Apa yang kami lakukan ini, adalah secuil upaya sebagai penghargaan kepada mereka yang telah mengabdikan dirinya pada hirup hurip Ki Sunda.

Semoga pula, dengan kegiatan Tawis Pangajén kepada para aktivis Sunda ini, dapat menjadi kegiatan rutin yang dilakukan pula oleh pihak lain, baik itu komunitas, lembaga, atau perusahaan. Kami pun membuka pintu lebar-lebar dalam membina kerja sama dengan pihak lain untuk mengadakan kegiatan semacam ini. Harapannya, semoga filosofi paheuyeuk-heuyeuk leungeun di kalangan masyarakat Sunda lebih erat dengan visi-misi memajukan Ki Sunda dengan semangat kepedulian bersama mengisi satu sama lain.

Related News

Tidak ada komentar:

Leave a Reply