Editor's Vids

Profil Pengisi Acara Sunda Binangkit: Dinasti Darso

Darso adalah penyanyi Sunda yang fenomenal. Jejak dalam dunia hiburan seni musik calung dan pop Sunda memang tidak tergantikan. Gaya dan kekhasannya saat manggung memang menjadi ciri tersendiri. Tidak sedikit yang mencoba meniru gaya Darso dalam manggung, namun namanya ciri tetaplah ciri yang ditiru bagaimanapun tetap tidak akan bisa.


Dalam sebuah sebuah perbincangan dengan Yayan Jatnika di rumahnya di kawasan Soreang, Mitra Baraya mendapatkan informasi bahwa Darso adalah seorang yang basajan (sederhana) dan tak pelit berbagi ilmu kepada keluarga maupun orang lain. Yayan Jatnika sendiri adalah keponakan Darso. Ia dianggap salah satu generasi penerus setelah Darso meninggalkan dunia ini. Bersama anak Darso, yaitu Asep Darso dan Ujang Darso, ia mendirikan Dinasti Darso. Ketiga penerus itu ingin menjaga tradisi berkesenian dalam keluarga Darso. Sepeninggal Darso, mereka pun berkumpul dan tebersit ide untuk mendirikan group dengan ciri khas yang selama ini dimiliki Darso, salah satunya dengan penggunaan calung. Selain mereka bertiga, para pengiring musik saat Darso manggung pun, kini tetap mereka rekrut dan menjadi bagian keluarga Darso. 


Menurut pelantun "Curug Cinulang" dan "Mawar Bodas" ini, Darso adalah guru, orangtua, sekaligus sahabat bagi dirinya dan anak-anak Darso sendiri. Dengan sikapnya yang kadang nyleneh, Darso tak sungkan membagikan ilmu kepada dirinya dan anak-anaknya. Untuk itu, sebagai rasa penghormatan atas jasa Darso, mereka kini bergabung bersama untuk terus membangkitkan berkesenian di keluarga besarnya. Malah, mereka bertiga berencana ingin membuat semacam galeri atau museum mini untuk mengenang Darso. Keinginan itu sedang diupayakan oleh Dinasti Darso dan tentunya akan segera terwujud jika halangan klasik, yaitu masalah dana dapat dibantu oleh pihak terkait ataupun masyarakat yang punya kepedulian akan niat mereka tersebut.

Adapun mengenai gaya yang "kedarso-darsoan" yang biasa mereka bawakan dalam videoklip atau manggung, itu bukan sebagai jiplakan atas gaya Darso. Bagi Dinasti Darso, ini memang sudah menjadi ciri khas dalam keluarga Darso. Mereka bertiga dari kecil sudah biasa bareng manggung kemana-mana bersama Darso, mau tidak mau pengaruh Darso pun melekat dalam diri mereka. "Ini bukan bentuk peniruan, namun memang kami bergaya demikian karena sangat menghormati Darso dan agar masyarakat bisa lebih menyadari bahwa kami ada berkat Darso. Kami tetaplah mempunyai ciri masing-masing dari segi vokal maupun gaya. Masalah dandanan atau gaya membawakan, ya.. itulah  karena sedari kecil kamu sudah terbiasa dengannya. Jadi secara tidak sadar, kami pun sudah terpengaruh dengan gaya tersebut," tutur Yayan Jatnika.

Adapun jika orang lain di luar lingkaran keluarga Darso yang ikut-ikutan bergaya dan berdandan ala Darso, "Bagi saya tidak masalah. Anggap saja mereka adalah penggemar Darso. Mungkin mereka bergaya demikian saking cintanya pada Darso. Ya, walaupun dijiplak mentah-mentah gaya dan dandanannya, Darso tetaplah Darso yang tidak akan tergantikan atau dapat ditirukan oleh siapapun," kata Yayan Jatnika. Bagi dirinya dan keluarga Darso, sekarang adalah waktunya kembali membangkitkan kembali semangat kreatif sebagai seniman lagu Sunda dan calung. Sebab ini adalah keinginan Darso selama hidup yang ingin keluarga atau generasi penerusnya ada yang bergerak dalam bidang yang selama ini digelutinya, bahkan kalau bisa lebih dari dirinya. 

Nah, bagi Anda yang ingin menyaksikan penampilan Dinasti Darso (Yayan Jatnika, Asep Darso, dan Ujang Darso) serta penampilan calung yang selama ini menjadi ciri khas keluarga Darso, ditunggu kehadirannya di Event Sunda Binangkit, Minggu 09 Februari 2014 di Padepokan Seni Mayang Sunda Jln. Peta 209 Bandung. 

Related News

Tidak ada komentar:

Leave a Reply